Selasa, 08 Oktober 2013

tutorial autoplay menubuilder

Assalamualaikum.saatnya bagi ilmu....kali ini saya akan memposting tutorial pembuatan persentase sederhana menggunakan autoplay menu builde....semoga bermanfaat yah....

  1. Pertama-tama buka aplikasi autoplay menu builder dengan cara, mengkilik  star>pilih autoplay menu builder>kemudian atur nama projectnya>pilih blan menu lalu OK

1.     



 
                         
2.       2. Oke halaman baru sudah terbuka atur pengaturan warnanya menggunakan background pada properties dan atur sendiri sesuaikeinginan.
                

3.       3. Tuliskan sesuatu sesuai yang anda inginkan, misalnya  Tempat pariwisata yang ada di Kab. Gowa”  menggunakan cool label. Danatur supaya lebih menarik menggunakan shadow style.


 
4.      4.  Kemudian tulislah latar belakang tempat yang akan anda bahas menggunakan scrool  text supaya lebih menarik, teksnya disini dapat bergarak naik turun atau dari kiri kekanan maupun sebaliknya. Kemudian pilih text  atau bisa dengan double klik pada kotaknya , lalu atur warna tulisannya menggunakan warna merah supaya jelas dan menarik. Kemudian pada text editor pilih word warp. Dan hasilnya sperti di bawah ini.


           
                                    



5.       5. Kemudian untuk menghilangkan latar putihnya pada background scroll text gunakan opasiti dan ubah menjadi  7. Dan atur speednya supaya jalannya lebih pelan dan mudah untuk membacanya menjadi 60.
                

Sabtu, 05 Oktober 2013

MAKALAH REFORMULASI SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA

hai...Assalamualaikum...moga bermanfaat yah...

      REFORMULASI SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA.

A.   pendahuluan
Berbicara pendidikan adalah berbicara tentang keyakinan, pandangan dan cita-cita tentang hidup dan kehidupan umat manusia dari generasi ke generasi. Pendidikan tidak dapat dipahami secara terbatas hanya “proses pengajaran” mentransfer pengetahuan, melainkan menanam nilai-nilai sikap dan tingkah laku (akhlaq) serta menumbuh-kembangkan kecakapan hidup (life skill) manusia.
Pendidikan merupakan proses pendewasaan dan sekaligus ‘memanusiakan’ manusia. Dikatakan ”memanusiakan”, karena manusia lahir hanya membawa bekal potensi yang diberikan Allah Swt. Dengan pendidikan, potensi manusia diharapkan dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna, sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia sejati. Melalui pendidikan, diharapkan berkembang potensi spiritual dan akhlaknya, pengetahuan dan keterampilannya.
Pendidikan pada hakikatnya adalah kerja akal budi atas fitrah yang dibekalkan Tuhan kepadanya. Potensi yang diberikan oleh Tuhana memang dapat dikatakan masih setengah jadi, sehingga butuh sentuhan proses pendidikan agar potensi tersebut berkembang maksimal. Dalam Islam, mengenyam pendidikan dipandang sebagai kewajiban personal sepanjang hayat manusia (life long education).
Berbeda dengan makhluk lainnya, manusia dibekali oleh sang khaliq dengan protensi kodrat yang sempurna, yaitu potensi cipta, rasa dan karsa. Potensi berharga inilah yang mengantarkan bahwa manusia adalah khalifah di dunia ini. Dengan dukungan potensi tersebut, manusia tidak selalu memiliki orientasi yang tinggi untuk mendapatkan nilai-nilai kebenaran, keindahan dan kebaikan yang terkandung pada realitas yang ada.
Melalui proses pendidikan itulah hidup manusia akan mencapai sebuah kehidupan yang baik. Segala sesuatu yang tergelar di jagat raya ini pasti membutuhkan ilmu, baik ilmu duniawi maupun ukhrawi. Kedua ilmu  tersebut harus dikuasai secara seimbang, karena “masa depan” manusia juga ditentukan oleh seberapa jauh manusia menguasainya. Keberhasilan menggapai duniawi maupun ukhrawi akan sangat ditentukan kadar keilmuan yang diraihnya.
Ilmu dalam pendidikan adalah objek utama manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu dan pendidikan bagaikan dua sisi pada mata uang, keduanya merupakan bagian yang tak terpisahkan. Pendidikan sebagai proses ‘transfer’ ilmu yang umumnya dilakukan melalui tiga cara; lisan, tulisan, dan perbuatan.
Begitu pentingnya kedudukan ilmu, sehingga Islam menganjurkan manusia agar meraihnya sampai titik paripurna. Ilmu juga dipandang ikut mengiringi atau menentukan nasip baik buruk manusia. Dan pembicaraan ilmu dalam pendidikan fikih ini, minimal mencakup tujuh unsur; yaitu pendidikan keimanan, etika/akhlak, fisik/jasmani, rasio/akal, kejiwaan/hati nurani, sosial kemasyarakatan, dan seksual.
Kegiatan pendidikan harus dimulai dari pendidikan pribadi atau keluarga, lembaga sekolah, dan masyarakat. Ketiganya harus terjalin dan berlangsung secara terpadu, selaras, serasi, seimbang, dan harmonis. Pendidikan tidak akan berfungsi dengan baik bila hanya berjalan parsial. Karenanya dibutuhkan pengelolaan secara integratif dengan memadukan semua unsur yang mendukungnya. Dari sinilah pendidikan akan menghasilkan sosok pribadi yang tangguh.

Pendidikan harus dimulai dari institusi keluarga, sekolah dan masyarakat secara sinkron dan integrated dalam memberikan pengaruh pendidikan kepada anak. Problemnya kini banyak keluarga yang kurang perhatian dan tidak memberikan reference person (suri tauladan) kepada anak. Begitu pula dengan aturan-aturan masyarakat yang sangat longgar sehingga memunculkan pergaulan bebas yang mutatif. Padahal pendidikan keluarga dan masyarakat merupakan pendidikan yang bersifat pembentukan karakter dan tabi’at, ketimbang kognitif.
Selain pembentukan sosok pribadi di atas, tujuan pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia berjiwa tauhid (berkedalaman spiritual), beramal shalih (berbuat dengan ilmunya), ulil albab (pemikir, ahli dzikir dan amal shaleh), serta berakhlak mulia.
Untuk mewujudkan pendidikan yang ideal tersebut diperlukan usaha dan kerja keras serta dukungan dari berbagai pihak, terutama keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Bila perlu, rekonstrusi sistem pendidikan baik secara mikro maupun makro sudah harus dilakukan. Dengan berbekal masa lalu, pengalaman untuk menangani dan menyelesaikan persoalan pendidikan masa kini dan masa yang akan datang butuh penanganan secara lebih serius, matang dan cermat.
B.   Konsep system pendidikan

1.    perjalanan sejarah system pendidikan di indonesia

Pendidikan juga tidak dapat dilepaskan dari perjalanan sebuah bangsa. Keduanya saling memengaruhi dan memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan. Kemajuan sebuah bangsa juga ditentukan dari kemajuan pendidikan yang dienyam rakyatnya. Demikian juga yang terjadi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia juga telah mengalami berbagai fase perjalanan hingga seperti sekarang.
Kali ini kita mencoba untuk menelusuri sejarah sebuah bangsa, yang mana itu dapat dilihat dari pendidikannya, pendidikan yang dienyam oleh rakyatnya. Maju tidaknya sebuah bangsa juga dapat dilihat dari pendidikannya. Jika pendidikan di Negara tersebut maju, maka bangsanya juga akan ditahbiskan sebagai bangsa yang maju. Demikian pula sejarah pendidikan Indonesia, sebelum Indonesia merdeka bahkan sebelum Indonesia dijajah oleh bangsa lain, bangsa kita memiliki tradisi pendidikan tersendiri yang dikelola oleh masyarakat atau komunitas yang dipengaruhi oleh adat istiadat, tradisi, budaya, agama, dan kepercayaan masing-masing.
Dari catatan sejarah, proses pendidikan di tanah air dibarengi oleh proses masuknya agama-agama dari luar yang masuk ke wilayah Indonesia. Mayoritas, sumber tentang pendidikan di zaman kerajaan Hindu-Buddha berasal dari China. Pendidkan tersebut dimulai dengan proses masuknya peradaban dan agama Hindu-Buddha yang bisa kita lihat pada abad ke-5 Masehi melalui wilayah Kutai dan Kalimantan.
Kemudian karena letak Indonesia yang strategis dan mempunyai kekayaan alam yang melimpah, Indonesia menjadi negeri jajahan. Mulai dari portugis, Spanyol, Belanda, hingga Jepang menjajah Indonesia. Penjajahan ini juga menerapkan sistem pendidikan bagi bangsa Indonesia. Diawali dengan maksud menyebarkan agama dan ideologi, para penjajah itu kemudian mengembangkan sistem pendidikan di Indonesia. Bahkan, Belanda menerapkan sistem pendidikan karena politik balas budi telah memberikan kesempatan untuk berada di alam yang kaya akan rempah-rempah ini.
Bangsa Portugis dan Spanyol yang datang ke Maluku di samping berdagang mereka juga bertujuan menyebarkan agama Katolik. Untuk tugas-tugas ini, maka didatangkan para misionaris. Fransiskus Xaverius, setelah menyelesaikan studinya di Sarekat Yesus diberi tugas ke daerah-daerah timur Asia. Malaka, itu juga menjadi tujuan dia datang ke Maluku. Dialah yang dianggap sebagai peletak dasar agama Katolik di Indonesia.
Untuk menyebarkan agama Katolik itu, para misionaris mendirikan sekolah. Pada tahun 1536 di Ternate didirikan sekolah yang mendidik calon-calon misionaris/pekerja agama. Sekolah seminari ini juga didirikan di pulau Solor. Banyak anak-anak Indonesia yang masuk sekolah ini. Dengan adanya usaha-usaha sosial  dari para misionaris, kehidupan masyarakat Maluku makin maju.
Tanpa disadari oleh para penjajah, sistem pendidikan ini menjadi boomerang bagi mereka. Pemuda-pemuda pribumi yang merupakan produk pendidikan penajajah, justru berbalik menyusun kekuatan untuk memerdekakan bangsanya. Setelah merdeka, sistem pendidikan penjajah ini belum sepenuhnya dapat ditinggalkan. Beberapa sekolah dan sistem pengajaran penjajah masih dipertahankan. Kurikulum pun berganti seiring dengan pergantian menteri pendidikan dan pemegang kebijakan. Meski demikian, pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari perjalanan kehidupan bangsa.
Setelah proklamasi kemerdekaan Pancasila dijadikan sebagai dasar dan falsafah Negara Indonesia seperti yang tertera dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, kemudian dijadikan landasan utama pendidikan di Indonesia. Walaupun dalam kurun waktu 1945-1950 negara Indonesia mengalami bebagai perubahan. Oleh karena itulah Pancasila menjadi landasan utama pendidikan Indonesia.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

2.    konstribusi terhadap pembangunan nasioal

Hadirnya Kebangkitan Nasional tidak terlepas dari peranan penjajahan Belanda. Yang telah menguras kekayaan alam di nusantara ini. Kebangkitan Nasional timbul akibat dari adanya pendidikan yang dilakukan pemerintahan penjajah. Ini dilakukan akibat adanya tekanan dari dalam negara Belanda tersebut kelompok Humanisme dan Sosialisme. Pihak tersebut berpendapat sepantasnya berterima kasih kepada rakyat jajahan atas jasanya kepada pemerintahan (politik etis) dicetuskan oleh Van de Bosh. Akan tetapi dibalik politik tersebut masih ada kepentingan pemerintah kolonial, seperti pendidikan. Sebenarnya tujuan untuk menjadikan pegawai rendahan kolonial dan hanya untuk orang-orang tertentu/kalangan atas. Dan ternyata harapan pemerintah kolonial lain dengan kenyataan, kini Indonesia telah merdeka.
Pada masa kini hampir di seluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap status pendidikan, pengetahuan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga dan benar-benar produktif, sebab pekerjaan produktif pada masa kini adalah pekerjaan yang didasarkan pada akal, bukan pada tangan. Pembentukan orang-orang terdidik karena merupakan pembentukan modal yang paling penting, sebab jumlah, mutu dan terutama pemanfaatnya adalah petunjuk yang paling berarti. Itulah sebabnya hampir di semua negara pada abad ke-20 ini membuat pendidikan sebagai perhatian. Dapat dilihat pada negara kita ini telah diatur tentang APBN dan APBD 30% untuk pendidikan.
Sebab manusia merupakan faktor produksi yang sangat menentukan dalam usaha pembangunan, manusia merupakan agent of development. Karena investasi dalam faktor manusia merupakan suatu keharusan. Mencapai hal itu diperlukan suatu sarana, sarana itu adalah pendidikan. Setiap negara kalau mau maju dan berkembang haruslah membuat supaya pendidikan itu efektif. Pendidikan harus mampu berfungsi mengubah mental yang kolot dan mampu menggalakan inovasi dan mempengaruhi secara kreatif pola dan perilaku masyarakat. Jika suatu bangsa tidak mampu mengembangkan sumber-sumber manusianya, negara itu tidak akan dapat membangun negaranya. Karena itu pengembangan dan pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu syarat penting bagi pembangunan,
Pada negara-negara bekas jajahan, selama dalam belenggu penjajahan hampir semua lapangan kehidupan disesuaikan dengan dan didasarkan pada kepentingan penjajah. Sekolah-sekolah diselenggarakan untuk mempersiapkan penduduk negeri bekerja sebagai juru tulis dan pegawai rendahan. Sesuai dengan keinginan penjajah untuk membuat negara jajahan tetap sebagai penyangga kehidupan dan pembangunan negaranya, maka diusahakan supaya tidak ada keinginan atau dihalangi keinginan untuk merdeka.
Sesudah memperoleh kemerdekaan, pemerintahan negara-negara sedang berkembang ingin memajukan bangsa dan negaranya, termasuk bidang pendidikannya. Namun terbatas karena kemampuan tenaga dan biaya, perhatian utama hanya diberikan pada pembangunan ekonomi. Akibatnya walaupun mereka telah memperoleh kemerdekaan, kurikulum, dan sistem pendidikan yang lama masih tetap berlangsung, maksimal hanya ada perubahan kecil.
Pada sekarang pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara belumlah tercapai. Masih banyak anak-anak yang belum mendapat pendidikan dasar, banyak hal yang mendukung masalah ini. Mulai dari masalah ekonomi sampai soal kesadaran tentang pentingnya pendidikan. Mahal biaya pendidikan menjadikan orang-orang yang tidak mampu tidak bisa sekolah. Mahal biaya dapat diatasi dengan diadakan pendidikan gratis yang telah ditetapkan dibeberapa kabupaten.
Meskipun ada sisi positif dan negatifnya dengan diadakan pendidikan gratis ini. Sisi positif yang orang-orang kelas menengah kebawah bisa ikut sekolah sampai tingkat atas. Sisi negatif dari pendidikan gratis ini anak-anak sekolah dengan mudahnya bolos dalam belajar dengan keluyuran dijalan raya. Setiap kebijakan itu harus ada mengatur agar dapat berjalan sesuai rencana.
Lain lagi dengan kesadaran akan pentingnya pendidikan, pada daerah tertentu misalnya di daerah pinggiran pantai atau pegunungan. Para orang tua lebih suka anaknya bekerja membantu mereka, karena hasilnya akan langsung didapat secara nyata. Sedangkan kalau sekolah hanya mengeluarkan biaya dan memakan waktu lama untuk memperoleh hasilnya. Hanya orang-orang tua yang mengerti akan penting pendidikan dengan senang hati menyuruh anaknya sekolah.
Pada masalah ini guru harus berperan aktif dalam menyadarkan masyarakat yang belum mengerti akan pentingnya pendidikan. Pendidikan adalah untuk masa depan dalam menbangun negara dan mencapai tujuan yang diinginkan oleh para perintis kemerdekaan, yaitu untuk mencapai kesejahteraan seluruh masyarakat dan rakyat Indonesia.
·         Peran Pendidikan Dalam Membangun SDM

            Perkembangan pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu negara dalam segala aspek, baik Ekonomi, Sosial, Politik, Budaya, Pertahanan keamanan, teknologi dan aaspek yang lainnya. Inilah peran penting dunia pendidikan dalam berkembangnya suatu negara yang ini Negara Republik Indonesia.
Juga dalam membentuk pola pikir, akhlak dan perkembangan teknologi sangat dibutuhkan peran penting Pemerintah dalam mengembangkan dan mendukung proses dan perkembangan pendidikan Nasional yang ada di Republik Indonesia kita tercinta ini. Pola pikir dan akhlak berpengaruh penting dalam hubungan toleransi kehidupan antar RAS dan SARA dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, juga perkembangan teknologi yang kian pesat dari berbagai bidang teknologi, yang juga penting dalam pemanfaatan sumber daya alam dengan menggunakan teknologi yang mutakhir, dan berbagai sektor teknologi yang ada, telekomunikasi, penerbangan , dan lainnya.
Jadi dari segala bidang pendidikan mempunyai peran penting dari setiap bidang pendidikan yang ada. Agama mendidik kerohanian masyarakat, PPKn mendidik moral dan etika, bahasa mendidik tutur kata dan sopan santun dalam berbicara, matematika dan teknik mendidik suatu ilmu pasti dengan logika dan teknologi.

            Tak salah bila disini saya simpulkan bahwa berkembangnya suatu negara sangat berpengaruh pada sumber daya manusianya yang dimana terbentuk dalam dunia pendidikan yang adad baik formal dan nonformal.

Pentinglah kiranya pemerataan pendidikan dalam membentuk SDM yang berkualitas, berakhlak, dan berbudi pekerti yang luhur untuk membangun Negara Republik Indonesia kita tercinta ini.
           
Upaya memajukan pendidikan haruslah didukung oleh masyarakat Indonesia secara menyeluruh dan juga aparat Pemerintah yang berwenang dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional.
           
Kita memang bisa berbangga dengan juaranya duta pendidikan Indonesia dalam kejuaraan Olimpiade Pendidikan Internasional dalam bidang fisika, komputer, dan Biologi dan semoga dunia pendidikan Indonesia bisa lebih berjaya lagi dari prestas-prestasi yang sudah diraih, dan lebih berguna dalam upaya Membangun Negara Republik Indonesia.

            Pengembangan SDM melalui pendidikan menyokong secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi, dan karenanya pengeluaran untuk pendidikan harus dipandang sebagai investasi yang produktif dan tidak semata-mata dilihat sebagai sesuatu yang konsumtif tanpa manfaat balikan yang jelas.

            Sejumlah hubungan telah diuji dalam rangka kesimpulan tersebut. Misalnya studi Bank Dunia mengenai 83 negara sedang berkembang menunjukan bahwa di 10 negara yang mempunyai tingkat pertumbuhan riil tertinggi dari GNP perkapita antara tahun 1960 dan 1977, adalah negara yang tingkat melek hurup pada tahun 1960 rata-rata 16 persen lebih tinggi daripada nehara-negara lain.

            Juga telah digambarkan bahwa investasi dalam bidang pendidikan mempunyai pengaruh langsung terhadap produktivitas individu dan penghasilannya. Kebanyakan bukti berasal dari pertanian. Kajian antara poetani yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan di negara-negara berpendapa tan rendah menunjukan, ketika masukan-masukan seperti pupuk dan bibit unggul tersedia untuk teknik-teknik usaha tani yang lebih baik, hasil tahunan seorang petani yang tidak berpendidikan. Meskipun masukan ini kurang, penghasilan para petani yang berpendidikan tetap lebih tinggi 8 persen, (World Bank, World Development Report, 1980).

            Peranan wanita dalam mengasuh dan membesarkan anak begitu penting sehingga membuat pendidikan bagi anak perempuan menjadi sangat berarti. Studi-studi menunjukan adanya orelasi signifikan antara tingkat pendidikan ibu dan status gizi anaknya dan angka harapan hidup. Lebih jauh, manfaat kesehatan dan gizi yang lebih baik dan tingkat fertilitas yang lebih rendah yang diakibatkan oleh investasi-investasi lainnya dalam sektor pembangunan lainnya.

            Sebuah studi lain oleh dilakukan untuk Bank Dunia dan disajikan dalam World Development Report 1980 menguji perkiraan tingkat pengembalian ekonomi (rate of return) terhadap investasi dalam bidag pendidikan di 44 negara sedang berkembang. Disimpulkan bahwa nilai manfaat balikan semua tingkat pendidikan berada jauh diatas 10 persen.

            Berbagai penelitian lainnya relatif selalu menunjukan bahwa nilai balikan modal manusia lebih besar dari pada modal fisik. Tidak ada negara di dunia yang mengalami kemajuan pesat dengan dukungan SDM yang rendah pendidikannya. Jadi kalau kita mengharapkan kemajuan pembangunan dengan tidak menjadikan modal manusia (sektor pendidikan) sebagai prasyarat utama, maka sama dengan “si pungguk merindukan bulan”.

            Potensi-potensi kebaikan yang kini mengalami defisit perlu dikembangkan aktualisasinya antara lain kemampuan berusaha, kesediaan menerima kenyataan, kemandirian, berpendirian, rasa bebas yang bertanggung jawab, kejujuran, kepedulian terhadap sesama, kemandirian, toleransi, rendah hati, tenggang rasa, kemampuan bekerja sama, kesanggupan melaksanakan kewajiban sebagai keniscayaan, dan menghormati hak oranglain.

            Pengalaman dari bangsa-bangsa di dunia telah membuktikan, bahwa kemajuan dan peradaban sebuah bangsa tidak ditentukan oleh besarnya kekayaan alam atau jumlah penduduk. Tetapi ditentukan oleh kemampuan bangsa tersebut menyiapkan sumber daya manusia melalui sistem pendidikan yang baik. Ketersediaan SDM berkualitas ternyata lebih utama daripada sekadar memiliki kekayaan alam yang melimpah.

            Tengoklah Vietnam, usai perang dengan AS, kini melaju sebagai kekuatan ekonomi baru di kawasan ASEAN melalui revolusi pendidikan. Kemajuan modernisasi Cina Sejak 1970-an di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping juga berkat upaya memajukan anak-anak belajar ke seluruh penjuru dunia. Bagaimana Indonesia? Semestinya kita bisa belajar dari keberhasilan bangsa lain.

            Demikian signifikannya peran pendidikan dalam pembangunan sehingga dimasukkan sebagai salah satu penentu Indeks Pembangunan Manusia. Tiga komposit IPM di suatu negara dapat dilihat dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup, pendidikan, dan standar hidup yang layak. Ketiganya diukur dengan angka harapan hidup, pencapaian pendidikan, dan pendapatan per kapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli.

            Berkenaan dengan parameter makro berupa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2006 hanya meningkat 0,71 poin atau menurun dibandingkan 2005 (0,99). IPM Jabar pada tahun 2006 hanya 70,05 dari target 75,60, ini harus menjadi perhatian karena target IPM 80 pada tahun 2010 hanya mempunyai waktu 3 tahun lagi.

Pendidikan memungkinkan berubahnya potensi manusia menjadi aksidensi dari naluri menjadi nurani. Manusia menjadi sumber daya atau modal utama pembangunan yang manusiawi. Pendidikan mempunyai tugas mulia menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Ingat, zaman beralih musim bertukar.
           
Demikian juga, perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru, yang tidak semuanya dapat diprediksikan sebelumnya. Konsekuensi, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru yang kompleks dan terus berkembang. Pertama, karena sifat sasarannya yaitu manusia sebagai makhluk misteri. Kedua, karena usaha pendidikan harus mengantisipasi ke hari depan yang tidak segenap seginya terjangkau oleh kemampuan daya ramal manusia. Ketiga, perubahan selalu terjadi secara cepat dan tak menentu.

            Masalah krusial pendidikan merupakan persoalan nasional karena berhubungan dengan ekspektasi (harapan) masa depan bangsa. Pergeseran masyarakat Indonesia dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, tentunya mengubah pula pola pikir dan perilaku yang dilandasi situasi dan kondisi tersebut. Dan pendidikan harus berperan mempersiapkannya.

            Kita menyadari, bahwa pendidikan sebagai upaya yang bulat dan menyeluruh hasilnya tidak segera dapat dilihat. Ada jarak penantian yang terentang panjang antara dimulainya proses usaha dengan tercapainya hasil. Itulah sebabnya, pemerintah dan pihak lainnya terkesan bersifat setengah hati dalam pembangunan pendidikan. Kebijakan yang pragmatis dan bersifat jangka pendek terlihat lebih dominan dan mengerdilkan prioritas pendidikan.

            Untuk dapat menyongsong suasana hidup yang diperlukan itu, sistem pendidikan mesti berubah. Struktur, kurikulum, pengelolaan, dan standar pendidikan nasional lainnya mau tidak mau harus menyesuaikan dengan tuntutan baru tersebut. Sayang sekali, kebijakan tambal sulam yang bercorak kasuistik tanpa disertai analisis dan pemikiran yang mendalam kerap dilakukan.

            Pada dasarnya berbagai persoalan yang membuat ruwetnya dunia pendidikan kita berpangkal pada kesalahan paradigma dalam proses penyelenggaraan dan pembangunan dunia pendidikan di Indonesia. Kesalahan itu tampak pada tiga hal elementer. Pertama, ketidakjelasan visi pemerintah dalam membenahi pendidikan nasional dan kekeliruan strategi yang dikembangkannya. Kedua, penanganan pendidikan yang tidak konsisten oleh orang-orang yang kurang memahami pendidikan. Ketiga, pendekatan sekularistik lebih dominan dalam pengelolaan pendidikan. Untuk itu, perlu pendekatan integratif dengan mengubah paradigma dan unsur-unsur pokok yang menopang tegaknya sistem pendidikan. Dengan demikian, pendidikan akan memenuhi hakikat tujuannya, baik dalam konteks individu, masyarakat maupun negara.

C.   formulasi system pendidikan ke depan untuk mengantisipasi globalisasi pada umumnya dan liberialisasi pendidikan pada khususnya


Tuntutan Bagi Manusia Masa Depan (Manusia Modern)
Setiap upaya manusia untuk menyesuaikan diri terhadap konstelasi dunia pada masanya (pada masa lampau,kini,akan datang) adalah proses modernisasi sebagai perkiraan masyarakat masa depan. Berdasarkan acuan normative yang berlaku (UU RI No. 2/1989 beserta peraturan pelaksanaanya) telah ditetapkan rumusan tujuan pendidikan di Indonesia, yang dapat di anggap sebagai profil manusia Indonesia di masa depan, salah satu ketentuan penting dalam perundang-undangan tersebut adalah ketetapan pendidikan dasar sembilan tahun.

           Tuntutan manusia Indonesia di masa depan diarahkan kepada pembekalan kemampuan yang sangat diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dimasa depan tersebut. Beberapa diantaranya seperti:

1. Ketanggapan terhadap berbagai masalah social,politik,cultural, dan lingkungan
2. Kreativitas didalam menemukan alternative pemecahannya.
3. Efisiensi dan etos kerja yang tinggi.


·         Upaya Mengantisipasi Masa Depan.

a. Perubahan Nilai dan Sikap.

           Nilai dan sikap memegang peranan penting dalam menentukan wawasan dan perilaku manusia. Nilai merupakan norma, acuan yang seharusnya, dan atau kaidah yang akan menjadi rujukan perilaku. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari berbagai hal, seperti agama, hukum, adatistiadat, moral, dan sebagainya, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Bagi bangsa Indonesia dengan masyarakat yang majemuk terjadi variasi system nilai dan tata kelakuan (sebagai wujud ideal dari kebudayaan nusantara).

           Salah satu pengaruh nilai akan tampak dalam sikap (attitude) seseorang. Kalau nilai masih bersifat umum, maka sikap selalu terkait dengan objek tertentu dan disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tersebut ( dapat positif ataupun negative). Sebagai kemampuan internal, kemungkinan berbagai alternative unuk bertindak. Dalam sikap dapat dibedakan atas tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif.
Perubahan nilai dan sikap dalam rangka mengantisipasi masa depan haruslah diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keseimbangan dan keserasian antara aspek pelestarian dan aspek pembaruan. Nilai-nilai luhur yang mendasari kepribadian dan kebudayaan Indonesia seyogyanya akan tetap dilestarikan, agar terhindar dari krisis identitas.

b. Pengembangan Kebudayaan.

           Salah satu upaya penting dalam mengantisipasi masa depan adalah upaya yang berkaitan dengan pengembangan kebudayaan dalam arti luas, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan sarana kehidupan manusia. Kebudayaan mencakup unsur-unsur

            mulai dari system religi, kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian,mata pencaharian, sampai dengan system teknologi dan peralatan (Koentjaraningrat,1974:12). Unsure terakhir tersebutlah yang paling mudah berubah dibandingkan dengan unsure lainnya; akan tetapi, perubahan masyarakat Indonesia dari masyarkat pertanian ke masyarakat industri dan masyarakat informasi telah meyebabkan keseluruhan unsure-unsur tersebut akan mengalami pengaruh yang kuat. Oleh karena itu, manusia Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh budaya setempat (sesuai etnis yang ada di nusantara) dan budaya Indonesia (yang berkembang dari puncak budaya –budaya nusantara tersebut), tetapi juga menerima berbagai pengaruh “budaya dunia” (Refleksi, 1990: 3-4). Dalam menghadapi berbagai pengaruh tersebut setiap individu diharapkan dapat menyelaraskannya dengan baik, agar dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang selau berubah tersbut dengan berhasil. Saling pengaruh dalam pengembangan kebudayaan di dunia ini, merupakan hal lumrah.

c. Pengembangan Sarana Pendidikan

            Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengan tisipasi masa depan, karena pendidikan selalu berorientasi pada penyiapan peserta didik untuk berperan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pengembangan sarana pendidikan sebagai salah satu prasyarat utama untuk menjemput masa depan dengan segala kesempatan dan tantangannya.

            Khusus untuk menyongsong era globalisasi yang makin tidak terbendung, terdapat beberapa hal yang secara khusus memerlukan perhatian dalam bidang pendidikan. Santoso S. Hamijoyo (1990:33)mengemukakan lima strategi dasr dalam era globalisasi tersbut yakni:
1.    Pendidikan untuk pengembangan IPTEK, di pilih terutama dalam bidang-bidang yang vital, seperti manufacturing pertanian, sebagai modal utama untuk menghadapi globalisasi.
2.    Pendidikan untuk pengembangan keterampilan manajemen termasuk bahasa-bahasa asing yang relevan untuk hubungan perdagangan dan politik sebagai instrument operasional untuk berkiprah dalam globalisasi pendidikan untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan, keluarga berencana, dan kesehatan sebagai penangkal terhadap menurunnya kualitas hidup dan hancurnya system pendukung kehidupan manusia.
3.    Pendidikan untuk mengembangkan system nilai, termasuk filsafat, agama dan teknologi demi ketahanan social-budaya termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.
4.    Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan kepelatihan, termasuk pengelola system pendidikan formal dan non formal, demi penggalakan peningkatan pemerataan mutu, relevansi, dan efisiensi sumber daya manusia secara keseluruhan khusus untuk pendidikan tinggi, terdapat kecenderungan berkembangnya pola pemecahan masalah secara multidisiplin. Oleh karenaitu, diperlukan suatu program pendidikan yang kuat dalam dasar keahlian yang akan memperluas wawasan keilmuan dan membuka peluang kerjasama dengan bidang keahlian lainnya.
 


D.   Penutup

Knowledge is power”. Kutipan dari Francis Bacon tersebut mengungkapkan bahwa pokok kekuatan manusia adalah pengetahuan. Manusia dengan pengetahuannya mampu melakukan olah cipta sehingga manusia mampu bertahan dalam masa yang terus maju dan berkembang. Proses tersebut terlakasana berkat adanya sebuah aktivitas yang berlabel pendidikan. Sedangkan pendidikan itu sendiri meruapakan sebuah kegiatan perbaikan tata laku dan pendewasaan manusia melalui pengetahuan.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa perhatian utama pembaharuan pendidikan yang dilaksanakan di negara kita tertuju pada upaya mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dalam arti menigkatkan pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan pemerataan pelayanan pendidikan, meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, meningkatkan efisiensi, dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan, peningkatan kesesuaian proses dan hasil pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan pembangunan, serta meningkatkan kesadaran dan kegemaran masyarakat untuk senantiasa belajar sepanjang hayat.

Melalui inovasi atau perubahan yang ditawarkan diharapkan bisa memperbaiki atau meningkatkan ke kondisi yang lebih baik. Perubahan lahir karena ada tantangan, dan tantangan ini merangsang untuk terjadinya pembaharuan ataupun perubahan, termasuk perubahan sistem pendidikan di Indonesia. Lahirnya berbagai proyek pembaruan pendidikan misalnya, antara lain karena munculnya sejumlah persoalan pelik dalam pelaaksanaan pendidikan dasar mulai dari : mutu belajar siswa yang turun sehingga ada pemberian beasiswa ataupun peningkatan kemampuan profesional guru, kekurangan guru antara lain ditawarkan Guru bantu sementara, gedungyang rusak parah, dicoba dengan pembangunan gedung secara swakelola dengan melibatkan masyarakat.

Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan kesempatan menerima arus informasi yang padat dan cepat, dan sebagainya,telah memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi segala permasalahan serta siap menyesuaikan diri dengan situasi baru tersebut. Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang. Pengembangan pendidikan dalam masyarakat yang sedang berubah dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematik-sistematik. Pembanguna manusia Indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan bangsa dan negara Indonesia dalam abad 21 yang akan datang untuk itu diperlukan:

1. Tuntutan bagi manusia masa depan.
2. Upaya mengantisipasi masa depan, utamanya yang berhubungan dengan perubahan nilai dan sikap sebagai manusia modern, pengembangan kehidupan dan kebudayaan, serta pengembangan sarana pendidikan.
















Daftar Pustaka

Rifa’I, Muhammad. 2012. “Sejarah Pendidikan Nasional dari Masa Klasik Hingga      Modern” cetakan ke II. surabaya : Ar-Ruzz Media
Prof. Dr. Tirtarahardja U dan Drs. La Sulo S. L., 2005, Pengantar Pendidikan, Jakarta; Rineka Cipta.