Tokoh-tokoh penganut paham
behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme dalam belajar
1.
3 tokoh penganut paham behaviorisme
dalam belajar
a. Thorndike
Menurut
Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan
respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar,
b.
skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih
mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar
secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara
stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang
kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku.
c.
Clark Hull
Clark Hull juga
menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan
pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles
Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku
bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh
sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan
biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam
seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam
belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon
yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku
juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis
(Bell, Gredler, 1991).
2. 3 tokoh penganut paham kognitivisme
dalam belajar
a.
Kurt Lewin
Kurt Lewin
(1892-1947) mengembangkan suatu teori belajar kognitif-field dengan menaruh
perhatian kepada kepribadian dan psikologi social. Lewin memandang
masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan yang bersifat
psikologis. Medan dimana individu bereaksi disebut life space. Life space
mencankup perwujudan lingkungan di mana individu bereaksi, misalnya ; orang –
orang yang dijumpainya, objek material yang ia hadapi serta fungsi kejiwaan
yang ia miliki. Jadi menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari
perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan sruktur kognitif itu adalah hasil
dari dua macam kekuatan, satu dari stuktur medan kognisi itu sendiri, yang
lainya dari kebutuhan motivasi internal individu. Lewin memberikan peranan
lebih penting pada motivasi dari reward.
b. Jerome
Bruner
Yang menjadikan dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari
Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar
di kelas. Untuk itu bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery
learning, yaitu dimana murid mengorganisasi bahan pelajaran yang dipelajarai
dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan anak tersebut.
Bruner menyebutkan hendaknya guru harus memberikan kesempatan kepada muridnya
untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historian atau ahli
matematika. Biarkan murid kita menemukan arti bagi diri mereka sendiri dan
memungkinkan mereka mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang mereka
mengerti.
c.
Vygotsky
Tokoh kontruktivis lain adalah Vygotsky. Sumbangan penting teori
Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran sosiokultural. Inti
teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek “internal” dan
“eksternal” dari pebelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial
pebelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi
sosial masing – masing individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga yakin bahwa
pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas – tugas yang belum
dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam “zone of proximal development”
mereka.
3. 3 tokoh penganut paham
konstruktivisme dalam belajar
a.Jean Piaget
Jean piaget adalah
psikolog pertama yang menggunakan filsafat kontruktivisme, yang teori
pengetahuannya dikenal dengan adaptasi kognitif. Manusia berhapadan dengan
tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapi secara
kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus mengembangkankan skema pikirannya
lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan
pengalaman-pengalaman tersebut.
b.
John Dewey
Jhon Dewey, Dalam hal
ini seperti dikemukakan oleh Robert B. Innes (2004:1) bahwa “Constructivist
views of learning include a range of theories that share the general
perspective that knowledge is constructed by learners rather than transmitted
to learners. Most of these theories trace their philosophical roots to John
Dewey”. Maksudnya adalah bahwa pandangan penganut konstruktivisme mengenai
belajar meliputi serangkaian teori yang membagi perespektif umum bahwa
pengetahuan dikonstruksi oleh pembelajar bukan ditransfer ke pembelajar.
Kebanyakan dari teori seperti ini berakar dari filsafat Jhon Dewey.
a. Von Galserfeld
Von
Glasefeld adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan adalah bentukan (kontruksi) kita sendiri. pengetahuan bukan juga
gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari
kontruksi kognitif melalui melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur,
kategori, konsep, dan sekma yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan baru.
Padangan kontruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran
seseorang.
c.Jean
Piaget
Jean piaget adalah psikolog pertama yang
menggunakan filsafat kontruktivisme, yang teori pengetahuannya dikenal dengan
adaptasi kognitif. Manusia berhapadan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru,
dan persoalan yang harus ditanggapi secara kognitif (mental). Untuk itu,
manusia harus mengembangkankan skema pikirannya lebih umum atau rinci, atau
perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman
tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar