hai...Assalamualaikum...moga bermanfaat yah...
REFORMULASI SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA.
Perkembangan pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu negara dalam segala aspek, baik Ekonomi, Sosial, Politik, Budaya, Pertahanan keamanan, teknologi dan aaspek yang lainnya. Inilah peran penting dunia pendidikan dalam berkembangnya suatu negara yang ini Negara Republik Indonesia.
Juga dalam membentuk pola pikir, akhlak dan perkembangan teknologi sangat dibutuhkan peran penting Pemerintah dalam mengembangkan dan mendukung proses dan perkembangan pendidikan Nasional yang ada di Republik Indonesia kita tercinta ini. Pola pikir dan akhlak berpengaruh penting dalam hubungan toleransi kehidupan antar RAS dan SARA dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, juga perkembangan teknologi yang kian pesat dari berbagai bidang teknologi, yang juga penting dalam pemanfaatan sumber daya alam dengan menggunakan teknologi yang mutakhir, dan berbagai sektor teknologi yang ada, telekomunikasi, penerbangan , dan lainnya.
Jadi dari segala bidang pendidikan mempunyai peran penting dari setiap bidang pendidikan yang ada. Agama mendidik kerohanian masyarakat, PPKn mendidik moral dan etika, bahasa mendidik tutur kata dan sopan santun dalam berbicara, matematika dan teknik mendidik suatu ilmu pasti dengan logika dan teknologi.
Tak salah bila disini saya simpulkan bahwa berkembangnya suatu negara sangat berpengaruh pada sumber daya manusianya yang dimana terbentuk dalam dunia pendidikan yang adad baik formal dan nonformal.
Pengalaman dari bangsa-bangsa di dunia telah membuktikan, bahwa kemajuan dan peradaban sebuah bangsa tidak ditentukan oleh besarnya kekayaan alam atau jumlah penduduk. Tetapi ditentukan oleh kemampuan bangsa tersebut menyiapkan sumber daya manusia melalui sistem pendidikan yang baik. Ketersediaan SDM berkualitas ternyata lebih utama daripada sekadar memiliki kekayaan alam yang melimpah.
Tengoklah Vietnam, usai perang dengan AS, kini melaju sebagai kekuatan ekonomi baru di kawasan ASEAN melalui revolusi pendidikan. Kemajuan modernisasi Cina Sejak 1970-an di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping juga berkat upaya memajukan anak-anak belajar ke seluruh penjuru dunia. Bagaimana Indonesia? Semestinya kita bisa belajar dari keberhasilan bangsa lain.
Demikian signifikannya peran pendidikan dalam pembangunan sehingga dimasukkan sebagai salah satu penentu Indeks Pembangunan Manusia. Tiga komposit IPM di suatu negara dapat dilihat dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup, pendidikan, dan standar hidup yang layak. Ketiganya diukur dengan angka harapan hidup, pencapaian pendidikan, dan pendapatan per kapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli.
Masalah krusial pendidikan merupakan persoalan nasional karena berhubungan dengan ekspektasi (harapan) masa depan bangsa. Pergeseran masyarakat Indonesia dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, tentunya mengubah pula pola pikir dan perilaku yang dilandasi situasi dan kondisi tersebut. Dan pendidikan harus berperan mempersiapkannya.
Kita menyadari, bahwa pendidikan sebagai upaya yang bulat dan menyeluruh hasilnya tidak segera dapat dilihat. Ada jarak penantian yang terentang panjang antara dimulainya proses usaha dengan tercapainya hasil. Itulah sebabnya, pemerintah dan pihak lainnya terkesan bersifat setengah hati dalam pembangunan pendidikan. Kebijakan yang pragmatis dan bersifat jangka pendek terlihat lebih dominan dan mengerdilkan prioritas pendidikan.
Untuk dapat menyongsong suasana hidup yang diperlukan itu, sistem pendidikan mesti berubah. Struktur, kurikulum, pengelolaan, dan standar pendidikan nasional lainnya mau tidak mau harus menyesuaikan dengan tuntutan baru tersebut. Sayang sekali, kebijakan tambal sulam yang bercorak kasuistik tanpa disertai analisis dan pemikiran yang mendalam kerap dilakukan.
Pada dasarnya berbagai persoalan yang membuat ruwetnya dunia pendidikan kita berpangkal pada kesalahan paradigma dalam proses penyelenggaraan dan pembangunan dunia pendidikan di Indonesia. Kesalahan itu tampak pada tiga hal elementer. Pertama, ketidakjelasan visi pemerintah dalam membenahi pendidikan nasional dan kekeliruan strategi yang dikembangkannya. Kedua, penanganan pendidikan yang tidak konsisten oleh orang-orang yang kurang memahami pendidikan. Ketiga, pendekatan sekularistik lebih dominan dalam pengelolaan pendidikan. Untuk itu, perlu pendekatan integratif dengan mengubah paradigma dan unsur-unsur pokok yang menopang tegaknya sistem pendidikan. Dengan demikian, pendidikan akan memenuhi hakikat tujuannya, baik dalam konteks individu, masyarakat maupun negara.
Tuntutan manusia Indonesia di masa depan diarahkan kepada pembekalan kemampuan yang sangat diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dimasa depan tersebut. Beberapa diantaranya seperti:
1. Ketanggapan terhadap berbagai masalah social,politik,cultural, dan lingkungan
2. Kreativitas didalam menemukan alternative pemecahannya.
a. Perubahan Nilai dan Sikap.
Nilai dan sikap memegang peranan penting dalam menentukan wawasan dan perilaku manusia. Nilai merupakan norma, acuan yang seharusnya, dan atau kaidah yang akan menjadi rujukan perilaku. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari berbagai hal, seperti agama, hukum, adatistiadat, moral, dan sebagainya, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Bagi bangsa Indonesia dengan masyarakat yang majemuk terjadi variasi system nilai dan tata kelakuan (sebagai wujud ideal dari kebudayaan nusantara).
Salah satu pengaruh nilai akan tampak dalam sikap (attitude) seseorang. Kalau nilai masih bersifat umum, maka sikap selalu terkait dengan objek tertentu dan disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tersebut ( dapat positif ataupun negative). Sebagai kemampuan internal, kemungkinan berbagai alternative unuk bertindak. Dalam sikap dapat dibedakan atas tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif.
Perubahan nilai dan sikap dalam rangka mengantisipasi masa depan haruslah diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keseimbangan dan keserasian antara aspek pelestarian dan aspek pembaruan. Nilai-nilai luhur yang mendasari kepribadian dan kebudayaan Indonesia seyogyanya akan tetap dilestarikan, agar terhindar dari krisis identitas.
Salah satu upaya penting dalam mengantisipasi masa depan adalah upaya yang berkaitan dengan pengembangan kebudayaan dalam arti luas, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan sarana kehidupan manusia. Kebudayaan mencakup unsur-unsur
mulai dari system religi, kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian,mata pencaharian, sampai dengan system teknologi dan peralatan (Koentjaraningrat,1974:12). Unsure terakhir tersebutlah yang paling mudah berubah dibandingkan dengan unsure lainnya; akan tetapi, perubahan masyarakat Indonesia dari masyarkat pertanian ke masyarakat industri dan masyarakat informasi telah meyebabkan keseluruhan unsure-unsur tersebut akan mengalami pengaruh yang kuat. Oleh karena itu, manusia Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh budaya setempat (sesuai etnis yang ada di nusantara) dan budaya Indonesia (yang berkembang dari puncak budaya –budaya nusantara tersebut), tetapi juga menerima berbagai pengaruh “budaya dunia” (Refleksi, 1990: 3-4). Dalam menghadapi berbagai pengaruh tersebut setiap individu diharapkan dapat menyelaraskannya dengan baik, agar dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang selau berubah tersbut dengan berhasil. Saling pengaruh dalam pengembangan kebudayaan di dunia ini, merupakan hal lumrah.
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengan tisipasi masa depan, karena pendidikan selalu berorientasi pada penyiapan peserta didik untuk berperan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pengembangan sarana pendidikan sebagai salah satu prasyarat utama untuk menjemput masa depan dengan segala kesempatan dan tantangannya.
Khusus untuk menyongsong era globalisasi yang makin tidak terbendung, terdapat beberapa hal yang secara khusus memerlukan perhatian dalam bidang pendidikan. Santoso S. Hamijoyo (1990:33)mengemukakan lima strategi dasr dalam era globalisasi tersbut yakni:
Melalui inovasi atau perubahan yang ditawarkan diharapkan bisa memperbaiki atau meningkatkan ke kondisi yang lebih baik. Perubahan lahir karena ada tantangan, dan tantangan ini merangsang untuk terjadinya pembaharuan ataupun perubahan, termasuk perubahan sistem pendidikan di Indonesia. Lahirnya berbagai proyek pembaruan pendidikan misalnya, antara lain karena munculnya sejumlah persoalan pelik dalam pelaaksanaan pendidikan dasar mulai dari : mutu belajar siswa yang turun sehingga ada pemberian beasiswa ataupun peningkatan kemampuan profesional guru, kekurangan guru antara lain ditawarkan Guru bantu sementara, gedungyang rusak parah, dicoba dengan pembangunan gedung secara swakelola dengan melibatkan masyarakat.
1. Tuntutan bagi manusia masa depan.
REFORMULASI SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA.
A.
pendahuluan
Berbicara pendidikan adalah berbicara tentang keyakinan, pandangan
dan cita-cita tentang hidup dan kehidupan umat manusia dari generasi ke
generasi. Pendidikan tidak dapat dipahami secara terbatas hanya “proses
pengajaran” mentransfer pengetahuan, melainkan menanam nilai-nilai sikap dan
tingkah laku (akhlaq) serta menumbuh-kembangkan kecakapan hidup (life skill)
manusia.
Pendidikan merupakan proses pendewasaan dan sekaligus ‘memanusiakan’
manusia. Dikatakan ”memanusiakan”, karena manusia lahir hanya membawa bekal
potensi yang diberikan Allah Swt. Dengan pendidikan, potensi manusia diharapkan
dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna, sehingga ia dapat
melaksanakan tugas sebagai manusia sejati. Melalui pendidikan, diharapkan berkembang
potensi spiritual dan akhlaknya, pengetahuan dan keterampilannya.
Pendidikan pada hakikatnya adalah kerja akal budi atas
fitrah yang dibekalkan Tuhan kepadanya. Potensi yang diberikan oleh Tuhana memang dapat dikatakan masih setengah
jadi, sehingga butuh sentuhan proses pendidikan agar potensi tersebut
berkembang maksimal. Dalam Islam, mengenyam pendidikan dipandang sebagai
kewajiban personal sepanjang hayat manusia (life long education).
Berbeda dengan makhluk lainnya, manusia dibekali oleh sang
khaliq dengan protensi kodrat yang sempurna, yaitu potensi cipta, rasa dan
karsa. Potensi berharga inilah yang mengantarkan bahwa manusia adalah khalifah
di dunia ini. Dengan dukungan potensi tersebut, manusia tidak selalu memiliki
orientasi yang tinggi untuk mendapatkan nilai-nilai kebenaran, keindahan dan
kebaikan yang terkandung pada realitas yang ada.
Melalui proses pendidikan itulah hidup manusia akan
mencapai sebuah kehidupan yang baik. Segala sesuatu yang tergelar di jagat raya
ini pasti membutuhkan ilmu, baik ilmu duniawi maupun ukhrawi. Kedua ilmu tersebut harus dikuasai secara seimbang,
karena “masa depan” manusia juga ditentukan oleh seberapa jauh manusia
menguasainya. Keberhasilan menggapai duniawi maupun ukhrawi akan sangat
ditentukan kadar keilmuan yang diraihnya.
Ilmu dalam pendidikan adalah objek
utama manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu dan pendidikan bagaikan dua
sisi pada mata uang, keduanya merupakan bagian yang tak terpisahkan. Pendidikan sebagai proses ‘transfer’ ilmu yang umumnya
dilakukan melalui tiga cara; lisan, tulisan, dan perbuatan.
Begitu pentingnya kedudukan ilmu, sehingga Islam menganjurkan
manusia agar meraihnya sampai titik paripurna. Ilmu juga dipandang ikut
mengiringi atau menentukan nasip baik buruk manusia. Dan pembicaraan ilmu dalam
pendidikan fikih ini, minimal mencakup tujuh unsur; yaitu pendidikan keimanan,
etika/akhlak, fisik/jasmani, rasio/akal, kejiwaan/hati nurani, sosial
kemasyarakatan, dan seksual.
Kegiatan pendidikan harus dimulai
dari pendidikan pribadi atau keluarga, lembaga sekolah, dan masyarakat.
Ketiganya harus terjalin dan berlangsung secara terpadu, selaras, serasi,
seimbang, dan harmonis. Pendidikan tidak akan berfungsi dengan baik bila hanya
berjalan parsial. Karenanya dibutuhkan pengelolaan secara integratif dengan
memadukan semua unsur yang mendukungnya. Dari sinilah pendidikan akan
menghasilkan sosok pribadi yang tangguh.
Pendidikan harus dimulai dari institusi
keluarga, sekolah dan masyarakat secara sinkron dan integrated dalam memberikan
pengaruh pendidikan kepada anak. Problemnya kini banyak keluarga yang kurang
perhatian dan tidak memberikan reference person (suri tauladan) kepada anak.
Begitu pula dengan aturan-aturan masyarakat yang sangat longgar sehingga
memunculkan pergaulan bebas yang mutatif. Padahal pendidikan keluarga dan
masyarakat merupakan pendidikan yang bersifat pembentukan karakter dan tabi’at,
ketimbang kognitif.
Selain pembentukan sosok pribadi di atas, tujuan
pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia berjiwa tauhid (berkedalaman
spiritual), beramal shalih (berbuat dengan ilmunya), ulil albab (pemikir, ahli
dzikir dan amal shaleh), serta berakhlak mulia.
Untuk mewujudkan pendidikan yang ideal tersebut
diperlukan usaha dan kerja keras serta dukungan dari berbagai pihak, terutama
keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Bila perlu, rekonstrusi sistem pendidikan
baik secara mikro maupun makro sudah harus dilakukan. Dengan
berbekal masa lalu, pengalaman untuk menangani dan menyelesaikan persoalan
pendidikan masa kini dan masa yang akan datang butuh penanganan secara lebih
serius, matang dan cermat.
B. Konsep system pendidikan
1. perjalanan
sejarah system pendidikan di indonesia
Pendidikan
juga tidak dapat dilepaskan dari perjalanan sebuah bangsa. Keduanya saling
memengaruhi dan memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan. Kemajuan
sebuah bangsa juga ditentukan dari kemajuan pendidikan yang dienyam rakyatnya.
Demikian juga yang terjadi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia juga telah
mengalami berbagai fase perjalanan hingga seperti sekarang.
Kali
ini kita mencoba untuk menelusuri sejarah sebuah bangsa, yang mana itu dapat
dilihat dari pendidikannya, pendidikan yang dienyam oleh rakyatnya. Maju
tidaknya sebuah bangsa juga dapat dilihat dari pendidikannya. Jika pendidikan
di Negara tersebut maju, maka bangsanya juga akan ditahbiskan sebagai bangsa
yang maju. Demikian pula sejarah pendidikan Indonesia, sebelum Indonesia
merdeka bahkan sebelum Indonesia dijajah oleh bangsa lain, bangsa kita memiliki
tradisi pendidikan tersendiri yang dikelola oleh masyarakat atau komunitas yang
dipengaruhi oleh adat istiadat, tradisi, budaya, agama, dan kepercayaan
masing-masing.
Dari
catatan sejarah, proses pendidikan di tanah air dibarengi oleh proses masuknya
agama-agama dari luar yang masuk ke wilayah Indonesia. Mayoritas, sumber
tentang pendidikan di zaman kerajaan Hindu-Buddha berasal dari China. Pendidkan
tersebut dimulai dengan proses masuknya peradaban dan agama Hindu-Buddha yang
bisa kita lihat pada abad ke-5 Masehi melalui wilayah Kutai dan Kalimantan.
Kemudian
karena letak Indonesia yang strategis dan mempunyai kekayaan alam yang
melimpah, Indonesia menjadi negeri jajahan. Mulai dari portugis, Spanyol,
Belanda, hingga Jepang menjajah Indonesia. Penjajahan ini juga menerapkan
sistem pendidikan bagi bangsa Indonesia. Diawali dengan maksud menyebarkan
agama dan ideologi, para penjajah itu kemudian mengembangkan sistem pendidikan
di Indonesia. Bahkan, Belanda menerapkan sistem pendidikan karena politik balas
budi telah memberikan kesempatan untuk berada di alam yang kaya akan
rempah-rempah ini.
Bangsa
Portugis dan Spanyol yang datang ke Maluku di samping berdagang mereka juga
bertujuan menyebarkan agama Katolik. Untuk tugas-tugas ini, maka didatangkan
para misionaris. Fransiskus Xaverius, setelah menyelesaikan studinya di Sarekat
Yesus diberi tugas ke daerah-daerah timur Asia. Malaka, itu juga menjadi tujuan
dia datang ke Maluku. Dialah yang dianggap sebagai peletak dasar agama Katolik
di Indonesia.
Untuk
menyebarkan agama Katolik itu, para misionaris mendirikan sekolah. Pada tahun
1536 di Ternate didirikan sekolah yang mendidik calon-calon misionaris/pekerja
agama. Sekolah seminari ini juga didirikan di pulau Solor. Banyak anak-anak
Indonesia yang masuk sekolah ini. Dengan adanya usaha-usaha sosial dari
para misionaris, kehidupan masyarakat Maluku makin maju.
Tanpa
disadari oleh para penjajah, sistem pendidikan ini menjadi boomerang
bagi mereka. Pemuda-pemuda pribumi yang merupakan produk pendidikan penajajah,
justru berbalik menyusun kekuatan untuk memerdekakan bangsanya. Setelah
merdeka, sistem pendidikan penjajah ini belum sepenuhnya dapat ditinggalkan.
Beberapa sekolah dan sistem pengajaran penjajah masih dipertahankan. Kurikulum
pun berganti seiring dengan pergantian menteri pendidikan dan pemegang
kebijakan. Meski demikian, pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
perjalanan kehidupan bangsa.
Setelah
proklamasi kemerdekaan Pancasila dijadikan sebagai dasar dan falsafah Negara
Indonesia seperti yang tertera dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
kemudian dijadikan landasan utama pendidikan di Indonesia. Walaupun dalam kurun
waktu 1945-1950 negara Indonesia mengalami bebagai perubahan. Oleh karena
itulah Pancasila menjadi landasan utama pendidikan Indonesia.
Dalam
perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya
perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana
pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada
penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
2. konstribusi
terhadap pembangunan nasioal
Hadirnya Kebangkitan Nasional tidak
terlepas dari peranan penjajahan Belanda. Yang telah menguras kekayaan alam di
nusantara ini. Kebangkitan Nasional timbul akibat dari adanya pendidikan yang
dilakukan pemerintahan penjajah. Ini dilakukan akibat adanya tekanan dari dalam
negara Belanda tersebut kelompok Humanisme dan Sosialisme. Pihak tersebut
berpendapat sepantasnya berterima kasih kepada rakyat jajahan atas jasanya
kepada pemerintahan (politik etis) dicetuskan oleh Van de Bosh. Akan tetapi
dibalik politik tersebut masih ada kepentingan pemerintah kolonial, seperti
pendidikan. Sebenarnya tujuan untuk menjadikan pegawai rendahan kolonial dan
hanya untuk orang-orang tertentu/kalangan atas. Dan ternyata harapan pemerintah kolonial lain dengan
kenyataan, kini Indonesia telah merdeka.
Pada masa kini hampir di seluruh dunia
telah timbul pemikiran baru terhadap status pendidikan, pengetahuan diterima
dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga dan benar-benar produktif,
sebab pekerjaan produktif pada masa kini adalah pekerjaan yang didasarkan pada
akal, bukan pada tangan. Pembentukan orang-orang terdidik karena merupakan
pembentukan modal yang paling penting, sebab jumlah, mutu dan terutama
pemanfaatnya adalah petunjuk yang paling berarti. Itulah sebabnya hampir di
semua negara pada abad ke-20 ini membuat pendidikan sebagai perhatian. Dapat
dilihat pada negara kita ini telah diatur tentang APBN dan APBD 30% untuk
pendidikan.
Sebab manusia merupakan faktor produksi
yang sangat menentukan dalam usaha pembangunan, manusia merupakan agent of
development. Karena investasi dalam faktor manusia merupakan suatu keharusan.
Mencapai hal itu diperlukan suatu sarana, sarana itu adalah pendidikan. Setiap
negara kalau mau maju dan berkembang haruslah membuat supaya pendidikan itu
efektif. Pendidikan harus mampu berfungsi mengubah mental yang kolot dan mampu
menggalakan inovasi dan mempengaruhi secara kreatif pola dan perilaku
masyarakat. Jika suatu bangsa tidak mampu mengembangkan sumber-sumber
manusianya, negara itu tidak akan dapat membangun negaranya. Karena itu
pengembangan dan pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu syarat
penting bagi pembangunan,
Pada negara-negara bekas jajahan,
selama dalam belenggu penjajahan hampir semua lapangan kehidupan disesuaikan dengan
dan didasarkan pada kepentingan penjajah. Sekolah-sekolah diselenggarakan untuk
mempersiapkan penduduk negeri bekerja sebagai juru tulis dan pegawai rendahan.
Sesuai dengan keinginan penjajah untuk membuat negara jajahan tetap sebagai
penyangga kehidupan dan pembangunan negaranya, maka diusahakan supaya tidak ada
keinginan atau dihalangi keinginan untuk merdeka.
Sesudah memperoleh kemerdekaan,
pemerintahan negara-negara sedang berkembang ingin memajukan bangsa dan
negaranya, termasuk bidang pendidikannya. Namun terbatas karena kemampuan
tenaga dan biaya, perhatian utama hanya diberikan pada pembangunan ekonomi.
Akibatnya walaupun mereka telah memperoleh kemerdekaan, kurikulum, dan sistem
pendidikan yang lama masih tetap berlangsung, maksimal hanya ada perubahan
kecil.
Pada sekarang pendidikan yang
dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara belumlah tercapai. Masih banyak anak-anak
yang belum mendapat pendidikan dasar, banyak hal yang mendukung masalah ini.
Mulai dari masalah ekonomi sampai soal kesadaran tentang pentingnya pendidikan.
Mahal biaya pendidikan menjadikan orang-orang yang tidak mampu tidak bisa
sekolah. Mahal biaya dapat diatasi dengan diadakan pendidikan gratis yang telah
ditetapkan dibeberapa kabupaten.
Meskipun ada sisi positif dan
negatifnya dengan diadakan pendidikan gratis ini. Sisi positif yang orang-orang
kelas menengah kebawah bisa ikut sekolah sampai tingkat atas. Sisi negatif dari
pendidikan gratis ini anak-anak sekolah dengan mudahnya bolos dalam belajar
dengan keluyuran dijalan raya. Setiap kebijakan itu harus ada mengatur agar
dapat berjalan sesuai rencana.
Lain lagi dengan kesadaran akan
pentingnya pendidikan, pada daerah tertentu misalnya di daerah pinggiran pantai
atau pegunungan. Para orang tua lebih suka anaknya bekerja membantu mereka,
karena hasilnya akan langsung didapat secara nyata. Sedangkan kalau sekolah
hanya mengeluarkan biaya dan memakan waktu lama untuk memperoleh hasilnya.
Hanya orang-orang tua yang mengerti akan penting pendidikan dengan senang hati
menyuruh anaknya sekolah.
Pada masalah ini guru harus berperan
aktif dalam menyadarkan masyarakat yang belum mengerti akan pentingnya
pendidikan. Pendidikan adalah untuk masa depan dalam menbangun negara dan
mencapai tujuan yang diinginkan oleh para perintis kemerdekaan, yaitu untuk
mencapai kesejahteraan seluruh masyarakat dan rakyat Indonesia.
·
Peran
Pendidikan Dalam Membangun SDM
Perkembangan pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu negara dalam segala aspek, baik Ekonomi, Sosial, Politik, Budaya, Pertahanan keamanan, teknologi dan aaspek yang lainnya. Inilah peran penting dunia pendidikan dalam berkembangnya suatu negara yang ini Negara Republik Indonesia.
Juga dalam membentuk pola pikir, akhlak dan perkembangan teknologi sangat dibutuhkan peran penting Pemerintah dalam mengembangkan dan mendukung proses dan perkembangan pendidikan Nasional yang ada di Republik Indonesia kita tercinta ini. Pola pikir dan akhlak berpengaruh penting dalam hubungan toleransi kehidupan antar RAS dan SARA dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, juga perkembangan teknologi yang kian pesat dari berbagai bidang teknologi, yang juga penting dalam pemanfaatan sumber daya alam dengan menggunakan teknologi yang mutakhir, dan berbagai sektor teknologi yang ada, telekomunikasi, penerbangan , dan lainnya.
Jadi dari segala bidang pendidikan mempunyai peran penting dari setiap bidang pendidikan yang ada. Agama mendidik kerohanian masyarakat, PPKn mendidik moral dan etika, bahasa mendidik tutur kata dan sopan santun dalam berbicara, matematika dan teknik mendidik suatu ilmu pasti dengan logika dan teknologi.
Tak salah bila disini saya simpulkan bahwa berkembangnya suatu negara sangat berpengaruh pada sumber daya manusianya yang dimana terbentuk dalam dunia pendidikan yang adad baik formal dan nonformal.
Pentinglah kiranya pemerataan pendidikan dalam membentuk
SDM yang berkualitas, berakhlak, dan berbudi pekerti yang luhur untuk membangun
Negara Republik Indonesia kita tercinta ini.
Upaya memajukan pendidikan haruslah didukung oleh
masyarakat Indonesia secara menyeluruh dan juga aparat Pemerintah yang
berwenang dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional.
Kita memang bisa berbangga dengan juaranya duta
pendidikan Indonesia dalam kejuaraan Olimpiade Pendidikan Internasional dalam
bidang fisika, komputer, dan Biologi dan semoga dunia pendidikan Indonesia bisa
lebih berjaya lagi dari prestas-prestasi yang sudah diraih, dan lebih berguna
dalam upaya Membangun Negara Republik Indonesia.
Pengembangan
SDM melalui pendidikan menyokong secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi,
dan karenanya pengeluaran untuk pendidikan harus dipandang sebagai investasi
yang produktif dan tidak semata-mata dilihat sebagai sesuatu yang konsumtif
tanpa manfaat balikan yang jelas.
Sejumlah
hubungan telah diuji dalam rangka kesimpulan tersebut. Misalnya studi Bank
Dunia mengenai 83 negara sedang berkembang menunjukan bahwa di 10 negara yang
mempunyai tingkat pertumbuhan riil tertinggi dari GNP perkapita antara tahun
1960 dan 1977, adalah negara yang tingkat melek hurup pada tahun 1960 rata-rata
16 persen lebih tinggi daripada nehara-negara lain.
Juga
telah digambarkan bahwa investasi dalam bidang pendidikan mempunyai pengaruh
langsung terhadap produktivitas individu dan penghasilannya. Kebanyakan bukti
berasal dari pertanian. Kajian antara poetani yang berpendidikan dan yang tidak
berpendidikan di negara-negara berpendapa tan rendah menunjukan, ketika
masukan-masukan seperti pupuk dan bibit unggul tersedia untuk teknik-teknik
usaha tani yang lebih baik, hasil tahunan seorang petani yang tidak
berpendidikan. Meskipun masukan ini kurang, penghasilan para petani yang
berpendidikan tetap lebih tinggi 8 persen, (World Bank, World Development
Report, 1980).
Peranan
wanita dalam mengasuh dan membesarkan anak begitu penting sehingga membuat
pendidikan bagi anak perempuan menjadi sangat berarti. Studi-studi menunjukan
adanya orelasi signifikan antara tingkat pendidikan ibu dan status gizi anaknya
dan angka harapan hidup. Lebih jauh, manfaat kesehatan dan gizi yang lebih baik
dan tingkat fertilitas yang lebih rendah yang diakibatkan oleh
investasi-investasi lainnya dalam sektor pembangunan lainnya.
Sebuah
studi lain oleh dilakukan untuk Bank Dunia dan disajikan dalam World
Development Report 1980 menguji perkiraan tingkat pengembalian ekonomi (rate of
return) terhadap investasi dalam bidag pendidikan di 44 negara sedang
berkembang. Disimpulkan bahwa nilai manfaat balikan semua tingkat pendidikan
berada jauh diatas 10 persen.
Berbagai
penelitian lainnya relatif selalu menunjukan bahwa nilai balikan modal manusia
lebih besar dari pada modal fisik. Tidak ada negara di dunia yang mengalami
kemajuan pesat dengan dukungan SDM yang rendah pendidikannya. Jadi kalau kita
mengharapkan kemajuan pembangunan dengan tidak menjadikan modal manusia (sektor
pendidikan) sebagai prasyarat utama, maka sama dengan “si pungguk merindukan
bulan”.
Potensi-potensi kebaikan yang kini
mengalami defisit perlu dikembangkan aktualisasinya antara lain kemampuan
berusaha, kesediaan menerima kenyataan, kemandirian, berpendirian, rasa bebas
yang bertanggung jawab, kejujuran, kepedulian terhadap sesama, kemandirian,
toleransi, rendah hati, tenggang rasa, kemampuan bekerja sama, kesanggupan
melaksanakan kewajiban sebagai keniscayaan, dan menghormati hak oranglain.
Pengalaman dari bangsa-bangsa di dunia telah membuktikan, bahwa kemajuan dan peradaban sebuah bangsa tidak ditentukan oleh besarnya kekayaan alam atau jumlah penduduk. Tetapi ditentukan oleh kemampuan bangsa tersebut menyiapkan sumber daya manusia melalui sistem pendidikan yang baik. Ketersediaan SDM berkualitas ternyata lebih utama daripada sekadar memiliki kekayaan alam yang melimpah.
Tengoklah Vietnam, usai perang dengan AS, kini melaju sebagai kekuatan ekonomi baru di kawasan ASEAN melalui revolusi pendidikan. Kemajuan modernisasi Cina Sejak 1970-an di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping juga berkat upaya memajukan anak-anak belajar ke seluruh penjuru dunia. Bagaimana Indonesia? Semestinya kita bisa belajar dari keberhasilan bangsa lain.
Demikian signifikannya peran pendidikan dalam pembangunan sehingga dimasukkan sebagai salah satu penentu Indeks Pembangunan Manusia. Tiga komposit IPM di suatu negara dapat dilihat dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup, pendidikan, dan standar hidup yang layak. Ketiganya diukur dengan angka harapan hidup, pencapaian pendidikan, dan pendapatan per kapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli.
Berkenaan
dengan parameter makro berupa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2006 hanya
meningkat 0,71 poin atau menurun dibandingkan 2005 (0,99). IPM Jabar pada tahun
2006 hanya 70,05 dari target 75,60, ini harus menjadi perhatian karena target
IPM 80 pada tahun 2010 hanya mempunyai waktu 3 tahun lagi.
Pendidikan
memungkinkan berubahnya potensi manusia menjadi aksidensi dari naluri menjadi
nurani. Manusia menjadi sumber daya atau modal utama pembangunan yang
manusiawi. Pendidikan mempunyai tugas mulia menyiapkan sumber daya manusia
untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan
tuntutan zaman. Ingat, zaman beralih musim bertukar.
Demikian juga,
perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru, yang tidak
semuanya dapat diprediksikan sebelumnya. Konsekuensi, pendidikan selalu
dihadapkan pada masalah-masalah baru yang kompleks dan terus berkembang.
Pertama, karena sifat sasarannya yaitu manusia sebagai makhluk misteri. Kedua,
karena usaha pendidikan harus mengantisipasi ke hari depan yang tidak segenap
seginya terjangkau oleh kemampuan daya ramal manusia. Ketiga, perubahan selalu
terjadi secara cepat dan tak menentu.
Masalah krusial pendidikan merupakan persoalan nasional karena berhubungan dengan ekspektasi (harapan) masa depan bangsa. Pergeseran masyarakat Indonesia dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, tentunya mengubah pula pola pikir dan perilaku yang dilandasi situasi dan kondisi tersebut. Dan pendidikan harus berperan mempersiapkannya.
Kita menyadari, bahwa pendidikan sebagai upaya yang bulat dan menyeluruh hasilnya tidak segera dapat dilihat. Ada jarak penantian yang terentang panjang antara dimulainya proses usaha dengan tercapainya hasil. Itulah sebabnya, pemerintah dan pihak lainnya terkesan bersifat setengah hati dalam pembangunan pendidikan. Kebijakan yang pragmatis dan bersifat jangka pendek terlihat lebih dominan dan mengerdilkan prioritas pendidikan.
Untuk dapat menyongsong suasana hidup yang diperlukan itu, sistem pendidikan mesti berubah. Struktur, kurikulum, pengelolaan, dan standar pendidikan nasional lainnya mau tidak mau harus menyesuaikan dengan tuntutan baru tersebut. Sayang sekali, kebijakan tambal sulam yang bercorak kasuistik tanpa disertai analisis dan pemikiran yang mendalam kerap dilakukan.
Pada dasarnya berbagai persoalan yang membuat ruwetnya dunia pendidikan kita berpangkal pada kesalahan paradigma dalam proses penyelenggaraan dan pembangunan dunia pendidikan di Indonesia. Kesalahan itu tampak pada tiga hal elementer. Pertama, ketidakjelasan visi pemerintah dalam membenahi pendidikan nasional dan kekeliruan strategi yang dikembangkannya. Kedua, penanganan pendidikan yang tidak konsisten oleh orang-orang yang kurang memahami pendidikan. Ketiga, pendekatan sekularistik lebih dominan dalam pengelolaan pendidikan. Untuk itu, perlu pendekatan integratif dengan mengubah paradigma dan unsur-unsur pokok yang menopang tegaknya sistem pendidikan. Dengan demikian, pendidikan akan memenuhi hakikat tujuannya, baik dalam konteks individu, masyarakat maupun negara.
C.
formulasi system pendidikan ke depan
untuk mengantisipasi globalisasi pada umumnya dan liberialisasi pendidikan pada
khususnya
Tuntutan Bagi Manusia Masa Depan (Manusia Modern)
Setiap upaya manusia untuk menyesuaikan diri terhadap konstelasi dunia pada masanya (pada masa lampau,kini,akan datang) adalah proses modernisasi sebagai perkiraan masyarakat masa depan. Berdasarkan acuan normative yang berlaku (UU RI No. 2/1989 beserta peraturan pelaksanaanya) telah ditetapkan rumusan tujuan pendidikan di Indonesia, yang dapat di anggap sebagai profil manusia Indonesia di masa depan, salah satu ketentuan penting dalam perundang-undangan tersebut adalah ketetapan pendidikan dasar sembilan tahun.
Setiap upaya manusia untuk menyesuaikan diri terhadap konstelasi dunia pada masanya (pada masa lampau,kini,akan datang) adalah proses modernisasi sebagai perkiraan masyarakat masa depan. Berdasarkan acuan normative yang berlaku (UU RI No. 2/1989 beserta peraturan pelaksanaanya) telah ditetapkan rumusan tujuan pendidikan di Indonesia, yang dapat di anggap sebagai profil manusia Indonesia di masa depan, salah satu ketentuan penting dalam perundang-undangan tersebut adalah ketetapan pendidikan dasar sembilan tahun.
Tuntutan manusia Indonesia di masa depan diarahkan kepada pembekalan kemampuan yang sangat diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dimasa depan tersebut. Beberapa diantaranya seperti:
1. Ketanggapan terhadap berbagai masalah social,politik,cultural, dan lingkungan
2. Kreativitas didalam menemukan alternative pemecahannya.
3. Efisiensi dan etos
kerja yang tinggi.
·
Upaya Mengantisipasi
Masa Depan.
a. Perubahan Nilai dan Sikap.
Nilai dan sikap memegang peranan penting dalam menentukan wawasan dan perilaku manusia. Nilai merupakan norma, acuan yang seharusnya, dan atau kaidah yang akan menjadi rujukan perilaku. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari berbagai hal, seperti agama, hukum, adatistiadat, moral, dan sebagainya, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Bagi bangsa Indonesia dengan masyarakat yang majemuk terjadi variasi system nilai dan tata kelakuan (sebagai wujud ideal dari kebudayaan nusantara).
Salah satu pengaruh nilai akan tampak dalam sikap (attitude) seseorang. Kalau nilai masih bersifat umum, maka sikap selalu terkait dengan objek tertentu dan disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tersebut ( dapat positif ataupun negative). Sebagai kemampuan internal, kemungkinan berbagai alternative unuk bertindak. Dalam sikap dapat dibedakan atas tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif.
Perubahan nilai dan sikap dalam rangka mengantisipasi masa depan haruslah diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keseimbangan dan keserasian antara aspek pelestarian dan aspek pembaruan. Nilai-nilai luhur yang mendasari kepribadian dan kebudayaan Indonesia seyogyanya akan tetap dilestarikan, agar terhindar dari krisis identitas.
b. Pengembangan
Kebudayaan.
Salah satu upaya penting dalam mengantisipasi masa depan adalah upaya yang berkaitan dengan pengembangan kebudayaan dalam arti luas, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan sarana kehidupan manusia. Kebudayaan mencakup unsur-unsur
mulai dari system religi, kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian,mata pencaharian, sampai dengan system teknologi dan peralatan (Koentjaraningrat,1974:12). Unsure terakhir tersebutlah yang paling mudah berubah dibandingkan dengan unsure lainnya; akan tetapi, perubahan masyarakat Indonesia dari masyarkat pertanian ke masyarakat industri dan masyarakat informasi telah meyebabkan keseluruhan unsure-unsur tersebut akan mengalami pengaruh yang kuat. Oleh karena itu, manusia Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh budaya setempat (sesuai etnis yang ada di nusantara) dan budaya Indonesia (yang berkembang dari puncak budaya –budaya nusantara tersebut), tetapi juga menerima berbagai pengaruh “budaya dunia” (Refleksi, 1990: 3-4). Dalam menghadapi berbagai pengaruh tersebut setiap individu diharapkan dapat menyelaraskannya dengan baik, agar dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang selau berubah tersbut dengan berhasil. Saling pengaruh dalam pengembangan kebudayaan di dunia ini, merupakan hal lumrah.
c. Pengembangan Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengan tisipasi masa depan, karena pendidikan selalu berorientasi pada penyiapan peserta didik untuk berperan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pengembangan sarana pendidikan sebagai salah satu prasyarat utama untuk menjemput masa depan dengan segala kesempatan dan tantangannya.
Khusus untuk menyongsong era globalisasi yang makin tidak terbendung, terdapat beberapa hal yang secara khusus memerlukan perhatian dalam bidang pendidikan. Santoso S. Hamijoyo (1990:33)mengemukakan lima strategi dasr dalam era globalisasi tersbut yakni:
1.
Pendidikan untuk
pengembangan IPTEK, di pilih terutama dalam bidang-bidang yang vital, seperti
manufacturing pertanian, sebagai modal utama untuk menghadapi globalisasi.
2.
Pendidikan untuk
pengembangan keterampilan manajemen termasuk bahasa-bahasa asing yang relevan
untuk hubungan perdagangan dan politik sebagai instrument operasional untuk
berkiprah dalam globalisasi pendidikan untuk pengelolaan kependudukan,
lingkungan, keluarga berencana, dan kesehatan sebagai penangkal terhadap
menurunnya kualitas hidup dan hancurnya system pendukung kehidupan manusia.
3.
Pendidikan untuk mengembangkan
system nilai, termasuk filsafat, agama dan teknologi demi ketahanan
social-budaya termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.
4.
Pendidikan untuk
mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan kepelatihan, termasuk pengelola
system pendidikan formal dan non formal, demi penggalakan peningkatan
pemerataan mutu, relevansi, dan efisiensi sumber daya manusia secara
keseluruhan khusus untuk pendidikan tinggi, terdapat kecenderungan
berkembangnya pola pemecahan masalah secara multidisiplin. Oleh karenaitu,
diperlukan suatu program pendidikan yang kuat dalam dasar keahlian yang akan
memperluas wawasan keilmuan dan membuka peluang kerjasama dengan bidang
keahlian lainnya.
D.
Penutup
“Knowledge
is power”. Kutipan dari Francis Bacon tersebut mengungkapkan bahwa pokok
kekuatan manusia adalah pengetahuan. Manusia dengan pengetahuannya mampu
melakukan olah cipta sehingga manusia mampu bertahan dalam masa yang terus maju
dan berkembang. Proses tersebut terlakasana berkat adanya sebuah aktivitas yang
berlabel pendidikan. Sedangkan pendidikan itu sendiri meruapakan sebuah
kegiatan perbaikan tata laku dan pendewasaan manusia melalui pengetahuan.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa perhatian utama
pembaharuan pendidikan yang dilaksanakan di negara kita tertuju pada upaya
mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dalam arti menigkatkan pemerataan
kesempatan pendidikan, meningkatkan pemerataan pelayanan pendidikan,
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, meningkatkan efisiensi, dan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan, peningkatan kesesuaian proses dan hasil
pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan pembangunan, serta
meningkatkan kesadaran dan kegemaran masyarakat untuk senantiasa belajar
sepanjang hayat.
Melalui inovasi atau perubahan yang ditawarkan diharapkan bisa memperbaiki atau meningkatkan ke kondisi yang lebih baik. Perubahan lahir karena ada tantangan, dan tantangan ini merangsang untuk terjadinya pembaharuan ataupun perubahan, termasuk perubahan sistem pendidikan di Indonesia. Lahirnya berbagai proyek pembaruan pendidikan misalnya, antara lain karena munculnya sejumlah persoalan pelik dalam pelaaksanaan pendidikan dasar mulai dari : mutu belajar siswa yang turun sehingga ada pemberian beasiswa ataupun peningkatan kemampuan profesional guru, kekurangan guru antara lain ditawarkan Guru bantu sementara, gedungyang rusak parah, dicoba dengan pembangunan gedung secara swakelola dengan melibatkan masyarakat.
Masyarakat
masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan kesempatan menerima
arus informasi yang padat dan cepat, dan sebagainya,telah memerlukan warga yang
mau dan mampu menghadapi segala permasalahan serta siap menyesuaikan diri
dengan situasi baru tersebut. Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi
baru yang sanggup menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang.
Pengembangan pendidikan dalam masyarakat yang sedang berubah dengan cepat
haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematik-sistematik.
Pembanguna manusia Indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan bangsa dan
negara Indonesia dalam abad 21 yang akan datang untuk itu diperlukan:
1. Tuntutan bagi manusia masa depan.
2. Upaya
mengantisipasi masa depan, utamanya yang berhubungan dengan perubahan nilai dan
sikap sebagai manusia modern, pengembangan kehidupan dan kebudayaan, serta
pengembangan sarana pendidikan.
Daftar Pustaka
Rifa’I, Muhammad. 2012. “Sejarah
Pendidikan Nasional dari Masa Klasik Hingga Modern” cetakan ke II. surabaya : Ar-Ruzz
Media
Prof.
Dr. Tirtarahardja U dan Drs. La Sulo S. L., 2005, Pengantar Pendidikan,
Jakarta; Rineka Cipta.
0 komentar:
Posting Komentar